Menghadiri konser dari musisi kesayangan tentunya mengharapkan hiburan serta pengalaman yang menyenangkan. Meski ingin diakhiri dengan kesan mendalam, tentunya tak seorang pun yang mengharapkan kesan mendalam tersebut muncul akibat terjadinya bencana atau musibah. Tiga konser dari musisi besar ini, sayangnya, berakhir dengan tragis.
Kejadian traumatis harus didapat dari mereka yang menghadiri konser musik bertajuk Dangerous Woman milik Ariana Grande di Manchester Arena, Inggris, Senin (22/5/2017) malam waktu setempat. Ledakan terjadi di luar lokasi konser saat kerumunan penonton tengah bergerak meninggalkan arena. Akibatnya, serangan tersebut memakan 22 korban jiwa dan 59 luka-luka. Beredar pula sejumlah video detik-detik ledakan dalam konser tersebut yang memperlihatkan kepanikan para penonton konser.
Ledakan dalam konser Ariana Grande ini diduga merupakan bom bunuh diri. Sejumlah media memberitakan bahwa ada saksi mata yang mengklaim keberadaan seorang pria yang tampak sedang mengaktifkan alat peledak berisi serpihan benda tajam sesaat sebelum ledakan di Manchester Arena.
Ariana Grande sendiri selamat dan tak terluka sedikit pun atas kejadian ini. Namun ia sangat terguncang mendengar peristiwa ledakan setelah konsernya. Beberapa jam usai kejadian, ia lantas buka suara terkait insiden berdarah tersebut.
“Dari lubuk hati yang terdalam, aku sangat sangat menyesal. Aku tak bisa berkata apa-apa,” ungkapnya lewat akun Twitter resmi milik Grande.
Konser Eagles of Death Metal, Serangan Teror yang Tewaskan 90 Penonton Konser
Aksi teror yang terjadi dalam sebuah konser musik tak hanya menimpa Grande. Tercatat setidaknya ada dua serangan teror lain yang memanfaatkan momen konser musik.
Salah satu yang memakan banyak korban jiwa adalah aksi teror dalam konser Eagles of Death Metal di Teater Bataclan, Paris, Prancis, pada 13 November 2015. Saat serangan terjadi, lokasi konser yang memang tak terlalu besar ini dipenuhi 1.500 penonton.
Saat lagu dimainkan, sejumlah penyerang yang tak dibuka identitasnya ini tiba dengan mobil di lokasi konser. Mereka merangsek masuk dengan senapan di tangan dan menembak secara membabi buta. Tak lama kemudian, mereka mengaktifkan peledak yang mereka selipkan di balik rompi mereka.
Sebanyak 90 penonton meninggal dalam kejadian ini, sementara para anggota Eagles of Death Metal selamat. Tak lama setelah kejadian, ISIS mengaku bertanggung jawab atas serangan ini. Vokalis Eagles of Death Metal, lantas mengeluarkan pernyataan kontroversial bahwa staf Bataclan yang beragama Islam terlibat dalam kejadian ini.
Teater Bataclan kemudian ditutup dan dibuka kembali pada 2016 dalam sebuah acara peringatan yang menampilkan Sting sebagai pengisi acara. Anggota Eagles of Death Metal sendiri dikabarkan mencoba masuk ke lokasi acara, tapi lantas diusir keluar oleh staf Bataclan karena ucapan kontroversialnya tersebut.
Festival Musik ANsbach Open, Serangan di Ansbach
Serangan teror juga terjadi dalam sebuah festival musik Ansbach Open yang dihadiri oleh sekitar 2.500 penonton pada 24 Juli 2016. Serangan dilakukan oleh Mohammad Daleel, seorang pengungsi Suriah yang merupakan simpatisan ISIS.
Daleel sempat berupaya masuk ke lokasi acara, namun dihalangi karena ia membawa sekrup dan benda metal tajam lainnya. Tak lama kemudian ia meledakkan bom di tubuhnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar