Partai Golongan Karya pada Oktober 2016 memutuskan bakal mengusung Joko Widodo (Jokowi) sebagai calon presiden pada 2019. Selain Golkar, PDIP kemungkinan kuat juga akan mengusung Jokowi dalam pilpres.
Lingkaran Survei Indonesia pimpinan Denny Januar Ali menyebut, dengan mengusung Jokowi, PDIP dan Golkar mendapat efek elektoral. Golkar, misalnya, pada April 2016 memiliki elektabilitas 12,2 persen. Namun, setelah pada Oktober 2016 partai ini menetapkan Jokowi sebagai capres, elektabilitas Golkar naik menjadi 15,3 persen.
Sama-sama mengusung Jokowi, Golkar atau PDIP yang paling 'untung' alias banyak mendapat limpahan elektoral?
Peneliti LSI Denny JA, Adjie Farabie, mengatakan PDIP akan mendapatkan efek elektoral lebih besar ketimbang partai lain, termasuk Golkar.
"Potensi PDIP memperoleh efek elektoral Jokowi lebih besar dibanding partai lain, termasuk Golkar," kata Adjie kepada wartawan, Senin (29/5/2017).
Hal itu diperkuat oleh survei LSI Denny JA yang dipaparkan saat Rapimnas Golkar pada Minggu (21/5) pekan lalu.
"Survei Mei 2017, sebanyak 55 persen menyatakan bahwa PDIP adalah partai yang paling dekat dengan Jokowi. Hanya 20,5% yang menyatakan Golkar," papar Adjie.
Elektabilitas Golkar turun tatkala jagonya yang diusung dalam Pilgub DKI, yakni Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)-Djarot Saiful Hidayat, kalah. Secara bersamaan, elektabilitas Jokowi juga turun. Namun LSI Denny JA tak menyebut besarnya elektabilitas Jokowi saat disurvei.
1 Jun 2017
Siapa yang Lebih Untung Capreskan Jokowi, PDIP atau Golkar?
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar