Sejumlah politikus di Senayan turut berkomentar atas pernyataan penyidik senior KPK Novel Baswedan tentang dugaan keterlibatan oknum jenderal dalam teror air keras yang menimpanya. Salah satu yang menanggapi pernyataan Novel tersebut adalah anggota Komisi III DPR Nasir Djamil.
Pertama-tama, Nasir mempertanyakan maksud dari pernyataan Novel tersebut, apakah memang ada buktinya atau tidak. Kemudian siapa jenderal tersebut.
"Enggak boleh sedikit-sedikit diungkapkan. Kalau mau terbuka, terbuka habis. Jangan setengah-setengah. Membuat orang penasaran. Bahkan terkesan bisa membunuh karakter para jenderal," kata Nasir.
Nasir mengungkapkan bahwa Novel adalah figur pemberani. Karena itulah, dia disiram air keras.
"Kenapa untuk sebutkan nama jenderal dia enggak sebutkan? Ada apa? Jadi jangan sampai Novel dinilai justru mengeruhkan air yang sudah keruh," tegasnya.
Dia mengakui lebih bagus bila Novel bicara soal ada oknum jenderal di balik kejadiannya.
"Jangan nanti dia bilang polisilah tugasnya cari, yang penting saya sudah kasih tahu jenderal. Enggak boleh kayak gitu juga. Tugas polisilah carinya. Kan sudah kasih tahu ada oknum jenderal. Ini membuat orang jadi enggak fokus lagi," tuturnya.
Dia juga menyarankan Novel melaporkan bahwa ada dugaan oknum jenderal terlibat dalam kasus yang dialami. Keterlibatannya seperti apa, langsung atau tidak langsung.
"Seperti apa. Kenapa kira-kira. Ada apa. Jadi diharapkan Novel bisa membantu. Tanpa keterangan Novel, sulit terungkap. Dugaan saya ini balas dendam. Mungkin aja. Karena sepak terjangnya membuat orang kayak gimana gitu," kata Nasir.
Sebelumnya, Novel Baswedan mengungkapkan keheranannya terhadap proses penyelidikan kasus penyiraman air keras yang menimpanya. Hal itu disampaikan Novel saat diwawancarai oleh media internasional Time.com.
“Saya sebenarnya telah menerima informasi bahwa seorang jenderal kepolisian—level tinggi dari jajaran kepolisian—terlibat (dalam kasus penyiraman air keras). Awalnya, saya bilang itu informasi yang bisa jadi salah. Namun, kini sudah dua bulan lamanya dan kasus saya tak juga menemukan titik terang. Saya katakan, perasaan saya bahwa informasi itu bisa saja benar,” ujar Novel kepada Time.com, Selasa, 13 Juni 2017.
Novel mengalami teror disiram air keras usai salat subuh di sebuah masjid dekat rumahnya di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara, Selasa, 11 April 2017.
Penyidik senior KPK itu memang selama ini menangani banyak kasus besar korupsi. Kasus termutakhir yang disidiknya saat ia terkena teror adalah korupsi pengadaan Kartu Tanda Penduduk elektronik atau e-KTP.
Dua bulan setela kejadian, polisi dianggap lamban menangani kasus tersebut, sebab sampai saat ini petugas belum bisa mengungkap dan menangkap pelaku serta aktor utama teror tersebut.
20 Jun 2017
Novel Baswedan Harus Lapor Polisi dan Ungkap Tentang Jenderal Polisi yang Terlibat
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar