Pemerintah Provinsi Bali menggelar acara Simakrama dengan tema "Sarasehan Kebangsaan Revitalisasi dan Reaktualisasi Nilai-Nilai Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika" bertempat di Wiswa Sabha Kantor Gubernur Bali, Sabtu (3/12/2016).
Hampir seluruh tokoh Bali hadir dalam sarasehan tersebut. Beberapa diantaranya Gubernur Bali Made Mangku Pastika, Wakil Gubernur Bali I Ketut Sudikerta, Kapolda Bali Irjen Pol Sugeng Priyanto, Pangdam IX Udayana Mayjend TNI Kustanto Widyatmoko, Ketua FKUB Bali Ida Panglinsir Agung Putra Sukaheti, Anggota DPD RI Dapil Bali DR Shri I Gusti Ngurah Arya Wedakarna, dan pakar politik dari Undiknas DR Nyoman Subanda, para rektor, para dosen dari berbagai perguruan tinggi di Bali.
Menariknya, kasus demo 212 dan Fenomena Ahok menjadi salah satu topik bahasan dalam sarasehan. Kapolda Bali Irjen Pol Sugeng Priyanto menyatakan apresiasinya yang sangat luar biasa.
"Demo 212 itu sangat damai. Bahkan ada teman saya mengirim pesan kepada saya jika demo kali ini sunggu luar biasa. Tidak ada satu dahan atau ranting yang patah dalam aksi tersebut. Dunia mengakui Indonesia, sebagai negara Islam terbesar dengan aksi yang sangat damai," ujarnya.
Ia berharap semoga fenomena ini tetap dipertahankan di Indonesia sebagai sebuah negara demokrasi dengan penduduk Islam terbesar dunia. Untuk Bali, ia menjamin jika sampai saat ini kondisinya sangat aman. Rata-rata perhari hanya ada laporan 10 kasus kriminal.
"Kondisi ini berbeda dengan saat saya menjadi Kaplsek Menteng Jakarta. Disana perhari sampai dengan 10 kasus kriminal. Sementara di Bali rata-rata satu kabupaten hanya 1 kasus kriminal perhari. Jadi Bali sangat aman," ujarnya.
Untuk seluruh dunia, Indonesia menjadi negara teraman tetapi di urutan ke-40 dari 180 negara yang disurvei. Ia mengakui semakin tahun Indonesia semakin ditingkatkan keamanannya sehingga Indonesia minimal menjadi 10 besar negara teraman di dunia.
Sementara anggota DPD RI Dapil Bali Shri I Gusti Ngurah Arya Wedakarna mengatakan, fenomena Ahok menjadi kristalisasi gerakan nasionalisme melawan radikalisme. Indonesia akhirnya tahu mana kelompok yang nasionalis dan mana kelompok yang radikalis berbasis agama.
"Indonesia harus mengapresiasi kinerja TNI/Polri yang mampu meredam berbagai upaya merongrong nasionalisme dengan Bhineka Tunggal Ika-nya," ujarnya.
Bila dihubungkan dalam cerita pewayangan, kasus demo Ahok seperti perang Bharata Yudha. Terjadi pertempuran antara Korawa melawan Pandawa. Di tengah pertempuran tersebut turunlah Cakra Byuha yang diperankan oleh TNI dan Polri untuk menetralisir suasana yang ada.
"Faktanya, intelijen kita bisa memetakan mana yang radikal dan mana yang nasionalis. Dan Polri akhirnya berhasil menangkap orang-orang yang diduga bisa memicu konflik dan makar yang saat ini sedang diproses hukum," ujarnya.
Ia juga menyesalkan masih ada orang Bali yang tidak mengindahkan himbauan para pemimpin di Bali mulai Kapolda, Gubernur maupun tokoh agama sendiri agar tidak berangkat ke Jakarta.
6 Des 2016
Dibalik Kehebohan Karena Ahok, Ini Manfaat Positif dan Hikmahnya
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar