Media asing ikut meramaikan pemberitaan sidang perdana Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, Selasa (13/12).
Mayoritas menyorot Gubernur nonaktif DKI Jakarta yang sampai meneteskan air mata saat membacakan nota keberatan atas dakwaan penistaan agama itu.
"Gubernur Jakarta sampai meneteskan air mata sembari membantah dirinya ada niatan untuk menistakan Alquran," demikian penggalan artikel Reuters.
Sejumlah media seperti BBC News dan SBS juga menyebutkan persidangan di Pengadilan Negeri Jakarta Utara itu diwarnai suasana emosional."Sambil mengusap air mata, Ahok sangat emosional saat menjelaskan bagaimana rasanya dituduh menista agama," tulis SBS, media Australia.
South China Morning Post juga menyorot bagaimana Ahok berulang kali mengusap air mata menggunakan sebuah tisu."Saya tahu saya harus menghormati ayat-ayat Alquran. Saya tidak paham bagaimana saya sampai bisa dibilang menista Islam," kata Ahok, menurut kutipan South China Morning Post.
Diberitakan sebelumnya, Ahok tak kuasa menahan kesedihan kala menceritakan bagaimana dirinya dibesarkan di tengah keluarga angkat muslim.Menurut Ahok, jika dirinya dituduh menista agama, maka itu sama saja dituduh tidak menghargai orangtua dan saudara-saudara angkat muslimnya.
Ahok mengatakan ucapan kutipan Surat Al Maidah itu terlontar karena dirinya kerap mendapat 'serangan' dari oknum politikus yang menggunakan ayat tersebut karena tidak ingin bersaing secara sehat dalam pilkada.
Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta Abraham Lunggana alias Haji Lulung tertawa ketika ditanya pendapatnya soal nota pembelaan Gubernur DKI Jakarta non-aktif Basuki Tjahaja Purnama.
Menurut dia, sikap Basuki atau Ahok yang menangis saat membaca nota pembelaan hanyalah pura-pura. "Ha-ha-ha, akting nangis dia. Masa bapaknya dibawa-bawa, Gus Dur dibawa-bawa, itu mah akting namanya," ujar Lulung.
Lulung merasa Ahok tidak menunjukkan penyesalan dalam nota pembelaan itu.
Seharusnya, kata Lulung, Ahok menyampaikan permohonan maaf saja sambil berjanji tidak mengulanginya lagi. Bukan malah menjelaskan bahwa dia tidak mungkin menodakan agama Islam.
"Ahok bilang mana mungkin menistakan (agama) lalu orangtuanya, orangtua angkatnya, sampai Gus Dur dibawa, itu kan bukan masalah orang tua. Saya juga dididik sama orangtua saya dengan bagus. Tapi ini bagaimana mulutmu kan harimaumu," ujar Lulung.
Lulung juga tidak sepakat dengan penjelasan Ahok yang menyebut Al-Quran surat Al-Maidah ayat 51 sering digunakan untuk mencegah calon kepala daerah non-muslim untuk menjadi kepala daerah.
Menurut Lulung, warga minoritas pun memiliki hak yang sama untuk memimpin daerah apa saja.
Hal tersebut sudah diatur dalam undang-undang bahwa semua warga negara punya hak sama dalam pemerintahan.
Menurut dia, kasus Ahok tidak berkaitan dengan itu. Permasalahan dalam kasus ini adalah soal pernyataan Ahok yang dinilai menodai agama.
"Sekarang ini kan masalahnya dia melakukan penistaan agama. Ya kita buktikan saja di pengadilan. Tapi jangan dia nyerempet ke persoalan bahwa tiap warga negara enggak punya hak penuh," ujar Lulung.
"Setiap warga punya hak yang sama dalam pemerintahan. Buktinya dia pernah jadi bupati belitung. Berarti kan sama semua," tambah dia.
16 Des 2016
Apa Kata Media Asing Soal Sidang Perdana Ahok?
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar