28 Sep 2016

Penguasa Panggung Politik Indonesia, Megawati, Prabowo dan SBY

barangkali perhelatan politik lokal paling gaduh dan heboh. Pada detik-detik terakhir pendaftaran bakal calon gubernur/wakil gubernur, Jumat (23/9), akhirnya Jakarta memiliki tiga kandidat, yang tiga-tiganya diusung partai politik.

Dua hari lalu deklarasi pasangan petahana Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat yang diusung PDI-P, Nasdem,Hanura, Golkar bikin heboh.

Kemarin muncul dua bakal pasangan calon. Pasangan Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni diusung Partai Demokrat, PAN, PPP, dan PKB.

Pasangan lainnya adalah Anies Baswedan-Sandiaga Uno yang diusung Partai Gerindra dan PKS.

Selama ini, Pilkada DKI Jakarta selalu berputar-putar di sekitar gubernur petahana Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.

Berbulan-bulan ia menjadi buah bibir. Sosoknya paling kontroversial. Mulutnya dianggap tidak terkontrol, blak-blakan, dan suka marah-marah.

Kelakukannya dinilai kurang santun. Dan, kebijakannya sebagai gubernur dipandang keras, misalnya suka gusur-menggusur.

Maka, ia banyak ditolak oleh berbagai kalangan. Sampai-sampai muncul isu SARA.

Namun, selama ini modal politiknya sangat bagus karena memiliki elektabilitas paling tinggi. Karena itu, banyak orang yang mendukungnya sampai mampu mengumpulkan 1 juta KTP saat persiapan menapaki jalur perseorangan.

Sampai-sampai orang parpol pun ikut marah dan menuding Ahok melakukan deparpolisasi.

Setelah tarik-ulur dan bikin heboh, akhirnya Ahok berlabuh ke parpol juga. Setelah cukup lama diusung Nasdem, Hanura, Golkar, akhirnya PDI-P mengumumkan pasangan Ahok-Djarot juga pada Selasa (20/9) lalu.

Hubungan Ahok dan PDI-P memang unik, seperti orang pacaran: panas-dingin, benci-rindu, putus-sambung.

Bukan main komunikasi politik antara Ahok dan politikus PDI-P. Pelaksana Tugas Ketua DPD PDI-P DKI Jakarta Bambang DH bahkan terlihat bersemangat membangun Koalisi Kekeluargaandengan partai-partai lain.

Memperlihatkan sinyal tak akan mengusung Ahok. Seolah-olah hubungan benar-benar retak.

Namun, Ahok rupanya punya kartu truf, yaitu hubungannya dengan Megawati Soekarnoputri, Ketua Umum PDI-P. Belakangan malah Bambang yang digeser.

PDI-P memang memutuskan mengusung Ahok, tetapi tidak sedikit politikus PDI-P yang tampaknya memendam rasa tak setuju.

Kini Ahok menghadapi lawan yang tangguh. Pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno mungkin utak-atik pasangan paling akhir, meskipun nama Anies sudah terdengar beberapa waktu lalu sesaat setelah dicopot dari kursi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan saat Presiden Joko Widodo melakukan perombakan kabinet, pada akhir Juli 2016.

Tidak sedikit warga kecewa saat Anies dicopot. Memang, Anies dikenal sebagai pemimpin muda yang santun, baik, dan bicaranya teratur.

Anies mungkin antitesis dari Ahok. Isu- isu yang berkembang, Anies dianggap sosok yang paling bisa menjadi kuda hitam untuk menantang Ahok karena sosok-sosok yang muncul dalam bursa pilkada sebelumnya dianggap tak mampu menandingi Ahok.

Tak heran, Anies pun dijadikan sebagai calon gubernur, menggeser posisi Sandiaga Uno yang cukup lama digadang-gadang. Sandiaga pun harus legawa untuk ”turun posisi” menjadi kandidat wakil gubernur.

Nama politikus PKS, Mardani Ali Sera, yang coba diembuskan sebagai kandidat wagub, langsung menguap. Semua itu tentu tak lepas dari restu Prabowo Subianto, Ketua Umum Gerindra.

Di seberang lain, ada pasangan Agus Harimurti Yudhoyono danSylviana Murni yang diusung Demokrat, PAN, PPP, PKB; setelah beberapa hari rapat maraton di kediaman Ketua Umum PartaiDemokrat Susilo Bambang Yudhoyono di Cikeas.

Ini cukup mengagetkan mengingat Agus selama ini tidak memiliki jejak politik. Ia adalah perwira menengah TNI, peraih Adhi Makayasa 2000, berpangkat mayor dan Komandan Batalyon Infanteri Mekanis 203/Arya Kemuning.

Pasangannya, Sylviana, adalah birokrat yang kini menjabat Deputi Gubernur bidang Kebudayaan dan Pariwisata di Pemprov DKI Jakarta. Kedua-duanya langsung berhenti dari posisinya saat ini.

Hanya pencalonan Agus dipandang dingin. Tidak sedikit yang meragukan pasangan ini unggul di pilkada. Para netizen menyayangkan pencalonan Agus.

Dia dianggap perwira militer yang memiliki karier bersinar di TNI. Sangat disayangkan kalau karier Agus terpotong.

Para netizen malah menuduh SBY dinilai memaksakan mencalonkan Agus. Namun, jika dihitung-hitung, karier di TNIjuga masih terlalu panjang.

Tentu saja SBY memiliki prediksi dan kalkulasi politik yang jitu mengingat pengalamannya sebagai politikus senior sekaligus presiden dua periode.

Akhirnya, Pilkada DKI yang digelar pada 15 Februari 2017 memang menjadi pertarungan pasangan Ahok-Djarot, Anies-Sandiaga, Agus- Sylviana.

Mereka akan adu strategi, adu teknik, adu program, adu figur, adu dana. Namun, Pilkada DKI yang heboh ini tidak lepas dari pertarungan para politikus tua.

Ada tiga poros, yaitu Megawati (Teuku Umar), Prabowo (Kertanegara), Susilo Bambang Yudhoyono (Cikeas).

Kontestasi politik di antara mereka memang menarik. Poros-poros itulah yang tampaknya akan bertindak sebagai remote control.

Namun, siapa pun yang bertarung, pilkada bukan zero sum game, seperti Pilpres 2014. Pilkada adalah alat, bukan tujuan. Pilkada adalah gerbang pertama untuk mengabdi pada rakyat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar