20 Sep 2016

Mulyadi Tukang Bersih Toilet yang Kembalikan Uang 100 juta

Cerita Kejujuran Tukang Bersih Toilet Kembalikan Rp 100 Juta, Didatangi Dua Pimpinan KPK


topikindo.com - PADA 27 Mei lalu, saat salat Jumat baru saja selesai, Mulyadi bergegas kembali ke tempatnya bertugas di salah satu toilet diground floor Mal Kota Kasablanka. Ketika masuk untuk membersihkan toilet laki-laki, dia mendapati tas kulit berwarna cokelat tak bertuan di salah satu bilik kubikal. Tanpa berpikir panjang, dia lalu mengambil tas tersebut

Mulyadi meninggalkan pekerjaannya dan segera membawa tas itu ke bagian customer service (CS). Di ruang CS itu, barulah tas tersebut dibuka bersama. Sebanyak sepuluh gepok uang kertas bergambar dua proklamator langsung tersaji di hadapan Mulyadi. Nilainya Rp 100 juta.

Merasa tugasnya selesai, Mulyadi kembali ke toilet. Sekitar 45 menit kemudian, seorang pria masuk dan menanyakan sebuah tas kepadanya. "Saya pura-pura tidak tahu. Siapa tahu bukan punya dia," ujarnya.

Setelah sang pemilik menunjukkan lokasi terakhir tas dan menjelaskan cirinya, barulah Mulyadi bicara.

Dia lalu menjelaskan bahwa tas tersebut sudah diamankan di CS. Mulyadi lantas mengantar sang pemilik untuk mengambil tasnya. Belakangan, si pemilik tas kembali ke toilet. Dari situ, baru diketahui dia memang sedang buru-buru karena hendak makan siang di lantai atas mal. "Saya baru ambil uang di BCA buat beli mobil," ucap Mulyadi, menirukan pemilik tas.

Kejujuran Mulyadi pun menjadi viral di media sosial. Kejujurannya mengembalikan tas penuh uang menjadi bahan pembicaraan. Dua pekan setelah temuan itu, dia didatangi dua pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Laode M. Syarif dan Saut Situmorang.

Keduanya memberikan penghargaan kepada Mulyadi. Dua pin merah bertulisan "Berani Jujur Hebat" disematkan oleh dua wakil ketua KPK itu. Kini pin itu selalu dia pakai saat bekerja dan disematkan di dada kanan.

Sebelum kejadian itu, tidak banyak yang mengenal sosok pemuda kelahiran Lampung Selatan, Lampung, tersebut. Sudah 13 tahun dia merantau ke ibu kota dengan berbekal ijazah SMK. Mulyadi cukup lama berdagang pakaian di Pasar Kramat Jati, Jakarta Timur. Kemudian, dia melamar sebagai housekeeper di Mal Kota Kasablanka melalui sebuah perusahaan outsourcingpada awal 2015.

Dia bekerja sejak mal buka hingga tutup sekitar pukul 24.00. Sehari-hari dia berangkat dari tempat kosnya di kawasan Cililitan, Jakarta Timur, dengan angkot. Dari Cililitan, dia naik angkot ke Kampung Melayu, lalu berganti angkot lagi ke mal. "Sehari habis Rp 20 ribu," tutur anak keempat di antara tujuh bersaudara itu.

Dia hitung, biaya makannya per hari Rp 60 ribu. Kemudian, sewa kamar per bulan Rp 265 ribu. Ketika diguyoni soal alasan tidak mengambil kredit motor, dia hanya tertawa. Penghasilannya Rp 137 ribu per hari atau Rp 3,6 juta per bulan dengan asumsi 26 hari kerja. Karena itu, nilai temuan tas tersebut setara dengan gaji normalnya selama 2 tahun 4 bulan.

"Kalau kerja pas tanggal merah, saya dapat dobel," ucapnya. Paling tinggi, dia mendapat Rp 4,3 juta per bulan. Itu termasuk insentif penghargaan karena mengembalikan barang temuan. Nilainya Rp 300 ribu, diberikan setiap tiga bulan. Dari penghasilan itulah, dia bisa bertahan di ibu kota dan mengirimi orang tuanya uang secara rutin tiap bulan. Nilainya Rp 500 ribu-Rp 1 juta.

Menemukan barang di toilet sebenarnya bukan hal baru bagi Mulyadi. Dalam satu bulan, setidaknya empat sampai lima kali dia menemukan barang. Kadang, dalam tiga bulan dia bisa 25 kali menemukan barang. Mayoritas ponsel. Gadget tersebut acap dia temukan di kubikal, tepatnya di bawah kloset.

Kejujuran itu pun berbuah apresiasi dari publik, juga penghargaan dari perusahaan dan KPK. Bukan hanya pin, KPK juga memberikan penghargaan berupa beasiswa kuliah untuk Mulyadi. Dia dipersilakan untuk memilih universitas mana pun yang diinginkan. Seluruh biaya kuliah ditanggung KPK.

Akhirnya, dia memilih kelas karyawan di Universitas Nasional dengan mengambil studi akuntansi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar