16 Sep 2016

Fakta, Media Sosial Sebagai Penyumbang Beredarnya Berita Palsu

Facebook Inc. dan Twitter Inc. bergabung ke dalam jaringan bernama First Draft Coalition. Jaringan ini terdiri dari 30 lebih perusahaan berita dan teknologi untuk menangkal penyebaran berita palsu serta meningkatkan kualitas informasi di jejaring sosial.

First Draft Coalition dibentuk pada Juni 2015 dengan dukungan Alphabet milik Google. Jaringan tersebut berencana membentuk kode etik dan mempromosikan literasi media bagi pengguna media sosial.

Mereka juga menargetkan meluncurkan sebuah platform baru di mana para anggotanya dapat memverifikasi berita yang kebenarannya masih meragukan. Direktur pelaksana koalisi, Jenni Sargent, menyebut platform tersebut akan diluncurkan akhir Oktober 2016.

Seperti dikutip Reuters, sejumlah media internasional tercatat telah bergabung dengan koalisi ini. Contohnya New York Times, Washington Post, BuzzFeed News, Agence France-Presse, dan CNN.

Facebook yang merupakan media sosial terbesar dengan pengguna 1,7 miliar tiap bulan menjadi sasaran kritik karena dianggap bersalah atas penyebarluasan berita palsu. Kritik beruntun terjadi setelah Facebook dituduh memilih sebuah berita kontroversial dari Daily Star yang berisi teori konspirasi tragedi 11 September dan berita palsu tentang pemecatan pemandu berita Fox masuk ke jajaran trending topic.

Sedangkan Twitter yang memiliki 140 juta pengguna harian per hari juga dianggap punya peran penting dalam menyebarkan breaking news dan mengungkap kesaksian.

Akhir Agustus silam, Facebook memecat tim editor yang bertugas melakukan urasi sejumlah berita menjadi trending topic dan menggantinya dengan editor algoritma. Facebook melakukannya dengan harapan dapat menghapus bias yang dapat terjadi pada editor manusia serta menjangkau beragam topik yang lebih luas.

Apa yang terjadi malah sebaliknya. Facebook justru menuai kecaman setelah menempatkan berita palsu mengenai kabar pemecatan seorang pemandu berita Fox ke seksi trending topic.

Tak hanya sekali, editor algoritma Facebook juga sempat melakukan kesalahan yang sama soal berita palsu termasuk laporan milik Daily Star tentang tragedi 11 September.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar