Di Zaman yang Penuh Kepalsuan Vaksin Pun Ikut Pula Dipalsukan
topikindo.com - OTAK kriminal dan kemajuan teknologi ternyata berbanding lurus. Semakin maju teknologi, makin berkembang pula cara manusia berbuat jahat. Di dunia yang penuh kepalsuan ini semakin maju pula manusia menciptakan kepalsuan-kepalsuan baru, dengan tujuan cari untung tapi rugikan orang lain. Di dunia peradilan ada sumpah palsu, di dunia kesehatan kini muncul pula: vaksin palsu. Cuma gigi palsu dan rambut palsu yang tak merugikan orang lain.
Rambut palsu, gigi palsu, bulu mata palsu, bahkan dada dan pantat palsu; sudah lama ada. Meski ini menguntungkan produsen, tapi tidak merugikan konsumen. Bahkan pemakai merasa terbantu, karena menjadi pede di depan publik. Yang botak, dengan rambut palsu tampak handsome. Yang bergigi palsu, semula tertawa malu-malu, kini bisa tertawa lebar. Begitu pula yang berpantat palsu, lelaki bisa terpesona akan penampilan wanita, padahal aslinya dia punya pantat sudah kampasan.
Tapi makin ke sini, kepalsuan itu sudah merugikan orang. Misalnya, mangga mentah dikasih kuning pewarna, jadi seperti sudah masak. Ubi Cilembu, berasa manis sekali, tak tahunya disuntik gula Jawa. Paling kurang ajar, daging sapi pun dicampur daging celeng. Ini bukan saja menipu, tapi juga sudah meracuni umat dalam urusan syariat.
Sumpah palsu, sudah banyak terjadi di dunia peradilan. Janji palsu, ini mah milik politisi Senayan. Katanya mau amanah mengemban tugas sebagai wakil rakyat. Kenyataannya, di DPR ngantukan melulu, malah banyak yang mementingkan perut sendiri, terlibat korupsi sehingga diudak-udak KPK.
Paling gres dan bikin heboh, adalah terbongkarnya sindikat vaksin palsu, di mana telah melibatkan 14 rumahsakit swasta di Bekasi dan Jakarta. Sindikat ini bekerja sejak tahun 2003, tapi baru terbongkar sekarang. Maklum, otaknya bekas perawat sehingga tahu persis soal ramuan medis dan mengerti tingkat dosis kebahayaannya. Maka 13 tahun beroperasi, tak ketahuan lantaran tak pernah ditemukan bayi mati akibat vaksin palsu.
Yang sangat mengherankan, kenapa pihak rumah sakit bisa terkecoh? Ketika harga vaksin palsu dan vaksin asli harganya terpaut jauh hingga Rp 200 ribuan, mestinya curiga. Tapi ini tidak. Apakah menejemen rumahsakit itu masih kelas kakilima, yang prinsipnya: dengan modal sedikit mungkin, dapat untung sebanyak-banyaknya!
Paling menyedihkan, otak vaksin palsu ini adalah anak-anak muda yang cantik dan ganteng. Mengapa sebegitu muda otaknya sudah demikian kotor? Gara-gara ulah dua orang suami istri dari Bekasi ini, banyak dokter dan tenaga medis jadi tersangka dan bakal kehilangan kebebasan dan mata pencahariannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar