topikindo.com - KALI ini kami berkisah tentang Sudharnoto, pengarang lagu Garuda Pancasila. Tak banyak yang tahu, dialah yang mengurus makam penyair Chairil Anwar dan Ismail Marzuki.
“Waktu merawat dan bersih-bersih makam Chairil dan Ismail Marzuki, Mas Dharnoto bayar orang yang jaga di sana,” kata Tuti Martoyo, 68 tahun, yang beberapa kali ikut mendampingi Sudharnoto ke TPU Karet, Jakarta.
Tuti Martoyo penyanyi Istana termuda di zaman Bung Karno. Sepengetahuan dia, Sudharnoto mengurus makam dua seniman tersebut pada dekade 1990-an.
“Mas Dharnoto ke Karet sekalian ngurus makam istrinya,” kata Tuti, kepada JPNN.com, baru-baru ini.
Tak hanya makamnya, Sudharnoto juga memperhatikan keluarga Ismail Marzuki.
“Ismail Marzuki tidak punya anak. Istrinya mengangkat anak. Si Rahmi. Dipanggilnya Mamik. Dia jual nasi uduk di daerah Pamulang. Waktu itu Mas Dharnoto mau mengusahakan satu kios untuk Rahmi,” papar Tuti.
Nama untuk kios itu pun sudah disiapkan. “Namanya Kedai Selendang Sutra. Tapi, saat diurus, Mas Dharnoto keburu meninggal. Kiosnya nggak jadi. Aku sendiri nggak ngerti musti ngurus sama siapa,” sambung Tuti.
Sebagai penghormatan untuk sang seniman, Sudharnoto menggarap album Musik Nostalgia Mengenang Ismail Marzuki.
Persahabatan Romantis
Pernah menjabat Kepala Seksi Musik Radio Republik Indonesia (RRI) Jakarta, Sudharnoto punya acara tetap Hammond Organ Sudharnoto di RRI, tulis Ensiklopedi Indonesia jilid 6, suntingan Hassan Shadily dkk.
Lelaki kelahiran Kendal, 24 Oktober 1925 ini belajar bermusik di Solo. Sebelum hijrah ke Jakarta, dia pernah menjadi anggota Orkes Hawaiian Indonesia Muda pimpinan Maladi.
Bersama para seniman RRI, Titi Soebronto K Atmodjo dan Bintang Suradi, pada 1952 Soedharnoto mendirikan Ansambel Gembira–kemudian hari dikenal sebagai kelompok penyanyi Istana.
“Di Gembira, Mas Dharnoto (pianis) kerap duet dengan Idris Sardi (violin). Idris Sardi itu anggota Gembira. Dulu, dia sering pakai celana pendek,” kenang Tuti Martoyo, anggota termuda Ansambel Gembira, ketika dijumpai di Jakarta Selatan.
Gembira diawaki sejumlah seniman kenamaan. Ada Muchtar Embut, pengarang lagu Kasih Ibu Kepada Beta. Ada Anita Rachman yang di Gembira pernah jadi solois Bila Ale Kembali.
Anita Rachman seorang jurnalis dan pembawa berita TVRI yang beken di era 1970 hingga 1990-an dengan suara indahnya yang khas.
Pada zaman revolusi belum selesai, Soedharnoto dan Ansambel Gembira yang didirikannya boleh dibilang bintang panggung. Namun, ketika haluan politik berubah paska hura-hara 1965, dia tercampakkan.
Sempat menjadi penjual es balok, supir taksi, supir Bank Indonesia, belakangan sang penggubah lagu Garuda Pancasila mengurus makam Chairil Anwar dan Ismail Marzuki sebelum berpulang dan dimakamkan juga di TPU Karet, pada tahun 2000.
Sepuluh tahun sebelum menyusul dua seniman legendaris tersebut, Soedharnoto yang sejak 1990 mulai berkumpul lagi dengan para sekondan lamanya eks Ansambel Gembira, sempat membuat lagu Rukun Gembira Sepanjang Masa. Berikut lyricnya…
persaudaraan kita tulus suci abadi/suka duka banyak bersama kita alami/bagaikan mawar melati/semerbak harum mewangi/hati selalu gembira/dengan wajah berseri/sedari masa remaja/sampai usia senja kini/kita rukun semakin tua tak kusadari…
13 Agu 2016
Sudharnoto, Pencipta Lagu Garuda Pancasila
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar